Tugu Bambu Runcing PTK |
Sejarah mencatat, bermula dari terbentuknya Sarikat Islam tahun 1914 di Ngabang. Kemudian pembentukkan Partai Sarikat Islam 1923. Menjadi salah satu bagian penting dalam sejarah pergerakan perjuangan rakyat Kalimantan Barat.
Karena khawatir pergerakan mereka akan
memicu pemberontakan terhadap pemerintah Hindia Belanda di Kalimantan
ini. Seperti yang telah terjadi di Jawa dan Sumatera. Pemerintahan
Hindia Belanda kemudian menangkap sejumlah tokohnya. Kemudian dibuang ke
Boven Digul, di Papua. Dari nama tempat pembuangan penjara alam itulah,
kemudian tugu ini disebut dengan Tugu Digulis.
Tiga dari meraka meninggal pada saat
menjalani pembuangan di Boven Digoel, lima dari para tokoh tersebut
wafat dalam Peristiwa Mandor dan tiga orang lainnya meninggal karena
sakit. Untuk menghormati dan mengenang kesebelas tokoh tersebut.
Nama-nama mereka juga diabadikan sebagai
nama jalan di wilayah Kota Pontianak. Kesebelas tokoh itu adalah :
Moehammad Sohor, asal Ngabang ; Moehammad Hambal alias Bung Tambal, asal
Ngabang; Gusti Djohan Idrus, asal Ngabang, wafat dalam pembuangan di
Boven Digoel. Haji Rais bin H. Abdurahman, asal Ngabang; Gusti Soeloeng
Lelanang, asal Ngabang ; Gusti Moehammad Situt Machmud, asal ngabang ;
Gusti Hamzah, asal Ketapang ; Achmad Su'ud bin Bilal Achmad, asal
Ngabang, wafat dalam Peristiwa Mandor; serta Ya' Moehammad Sabran, asal
Ngabang ; Jeranding Sari Sawang Amasundin alias Jeranding Abdurrahman,
asal Melapi, Kapuas Hulu, meninggal karena sakit di Putussibau; Achmad
Marzuki, asal Pontianak, meninggal karena sakit dan dimakamkan di makam
keluarga;
Tidak ada komentar:
Posting Komentar